Buah Plum / Prem

Prem (bahasa Inggris:plum) merupakan bagian dari genus Prunus dan buah Persik berkasiat membunuh sel kangker payudara

Buah Nam nam

Nam nam adalah sejenis pohon buah dari suku polong-polongan (Leguminosae alias Fabaceae)dan rasa buahnya masam.

Burung Merak

Merak adalah spesies burung dalam genus Pavo dari familia ayam hutan (pheasant), Phasianidae. Burung jantannya memiliki bulu ekor yang indah yang dapat dikembangkan untuk menarik perhatian merak betina.

Platypus

Platipus adalah hewan semi-akuatik yang banyak ditemui di bagian timur benua Australia. Walaupun Platipus bertelur tapi ia tergolong ke dalam kelas Mammalia karena ia menyusui anaknya.

Buah Kepel ( Burahol )

Tumbuhan kepel atau burahol (Stelechocarpus burahol) adalah pohon penghasil buah hidangan meja yang menjadi identitas flora Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tom Cat

Tomcat atau rove beetle serangga berwarna merah hitam yang hidup di persawahan. Serangga ini paling banyak ditemui pada saat malam hari dan paling senang berkumpul di sekitar lampu yang sedang nyala.

Kloroplas Kunci Rahasia Fotosintesis

Kloroplas adalah bagian tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan buah yang belum matang. Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis.

Kantong Semar (Nepenthes)

Kantong semar adalah tanaman karnivora yang hidup di daerah yang minim unsur nitrat dan fosfat dan menpunyai alat perangkap berupa kantung atau periuk.

Opium, Bunga Cantik yang Mematikan

Papaver somniferum ( Apiun ) adalah tumbuhan liar musiman yang umumnya dikenal dengan nama Opium atau Poppy.

Burung Beo Nias (Burung yang dilindungi)

Beo nias merupakan burung yang hanya terdapat (endemik) di pulau Nias, Sumatera Utara dan banyak diminati oleh para penggemar burung lantaran kepandaiannya dalam menirukan berbagai macam suara termasuk ucapan manusia.

Harimau Sumatera

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) hanya ditemukan di Pulau Sumatra di Indonesia, merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini.

Echidna / Ekidna (Sipemakan cacing dan semut)

Ada beberapa jenis echidna yang ditandai dengan ciri-ciri panjang moncongnya yaitu echidna monjong pendek, echidna moncong panjang barat, echidna moncong panjang timur dan echidna moncong panjang sir david.

Plum dan Persik (berkasiat bunuh sel kangker payudara)

Buah plum / prem
Prem (bahasa Inggris:plum) bisa merujuk pada pohon dan buah yang memiliki nama yang sama. Prem merupakan bagian dari genus Prunus, subgenus Prunus. Subgenus ini dibedakan dengan subgenera yang lain ( didalamnya termasuk persik, ceri, dan yang lainnya ) karena memiliki kuntum terminal dan kuntum-kuntum sampingannya berdiri sendiri, tidak terkumpul dalam satu bagian, bebungaannya berkelompok 1 - 5 bersama-sama dalam satu cabang pendek.


Klasifikasi ilmiah

  1. Kerajaan: Plantae
  2. Divisi: Magnoliophyta
  3. Kelas: Magnoliopsida
  4. Ordo: Rosales
  5. Famili: Rosaceae
  6. Upafamili: Maloideae or Spiraeoideae 
  7. Genus: Prunus
  8. Upagenus: Prunus
  9. Species :

Subgenus ini terdiri atas 3 bagian:

    * Bagian Prunus (Prem Dunia Lama).
          o P. cerasifera (prem ceri)
          o Prunus cocomilia
          o Prunus consociiflora"
          o P. domestica (paling umum dijual)
          o P. salicina (prem Jepang)
          o P. simonii
          o P. spinosa
    * Bagian Prunocerasus (Prem Dunia Baru).
          o P. alleghaniensis
          o P. americana
          o P. angustifolia
          o P. hortulana
          o P. maritima (prem pantai)
          o P. mexicana
          o P. nigra
          o P. orthosepala
          o P. subcordata (prem Sierra, Klamath, atau Oregon)
    * Bagian Armeniaca (Aprikot).
          o P. armeniaca (aprikot)
          o P. brigantina
          o P. mume (ume)
          o P. sibirica



Persik
Persik (Prunus persica) adalah tanaman tanaman berbuah dari famili Rosaceae. Buah ini disebut juga sebagai buah momo di dalam Bahasa Jepang. Buah persik memiliki daging berwarna kuning dengan aroma harum dan memiliki satu biji yang keras.





Klasifikasi ilmiah
  1. Kerajaan : Plantae
  2. Divisi : Magnoliophyta
  3. Kelas : Magnoliopsida
  4. Ordo : Rosales
  5. Famili  : Rosaceae
  6. Genus: Prunus
  7. Upagenus : Amygdalus
  8. Spesies : P. persica
  9. Nama binomial : Prunus persica

Manfaat Buah Plum

Buah ini kaya akan phytonutriens, yang berfungsi sebagai anti oksidan dan berlimpah Vit C. Dalam bentuk betacaroten Prem merupakan sumber Vit. A, B12, serat dan potassium.
Plum yang sering disebut stone fruit (buah berbiji keras)memiliki daging buah yang tebal, rasanya manis, dan mengandung banyak air.

Plum yang ada di Indonesia tergolong jenis plum asia barat dengan warna hijau kekuningan, rasanya asam manis dan banyak air berbeda dengan plum eropa yang berwarna merah keunguan, rasanya manis tetapi mengandung sedikit air.
Didalam buah plum terkandung phytochemical atau ferulic acid, yang dapat membantu mengurangi resiko terkena kanker usus. Plum juga mengandung diphenylisation yang dapat digunakan sebagai obat pencuci perut (pencahar) dan dapat mengatasi sembelit.
Selain itu, didalam plum juga mengandung hydroxycinnamate, sejenis antioksidan yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan melindungi tubuh dari serangan jantung. Buah plum juga mengandung borron, sejenis mineral yang membantu tubuh menyerap kalsium, sehingga mengkonsumsi 10 – 12 buah plum yang dikeringkan per hari dapat membantu mencegah kehilangan massa tulang dan mengurangi resiko ostheoporosis.

Dari penelitian terbaru dinyatakan bahwa plum dapat mengatasi kanker payudara dan kanker usus besar. karena plum mengandung fitonutrien unik atau zat antikanker, yaitu asam neochlorogenic dan klorogenat, zat ini dapat membunuh sel kanker yang ganas.

Begitu banyak manfaat buah plum, vitamin C yang terkandung didalamnya dapat mencegah penyakit flu dan pilek, menetralisir radikal bebas, mencegah penyakit rhematoid arthritis, kanker usus, dan asma.

Buah plum ini selain bisa dimakan segar atau buat campuran koktail bisa juga di buat sambal.
Selain memliki rasa yang manis, ternyata Buah Plum ini juga mempunyai banyak manfaat yang sangat menguntungkan bagi tubuh kita. Harga dipasaran masih terlalu mahal mencapai Rp 30.000,00 per dua buah.

Ekstra Persik dan Plum Bunuh Sel Kanker Payudara

Kanker payudara termasuk salah satu penyakit kanker yang paling ditakuti kaum perempuan. Sebabnya dia menempati urutan kedua penyebab kematian perempuan akibat kanker. Tapi kini ada harapan baru dari temuan Texas AgriLife Research, Amerikan Serikat. Sel kanker payudara bahkan dari jenis yang paling agresif sekalipun mati setelah diobati dengan ekstrak buah persik dan plum. Kabar baiknya, senyawa pada ekstrak tersebut tidak membunuh sel-sel yang normal. Hasil penelitian tersebut pun telah diterbitkan di Journal of Agriculture and Food Chemistry.

Para ilmuwan peneliti AgriLife mengatakan dua senyawa fenolik, chlorogenic dan neochlorogenic-lah yang telah berperan mematikan sel kanker tersebut. Dua fenol adalah senyawa organik yang berada pada buah-buahan. Mereka sedikit asam dan berhubungan dengan ciri-ciri seperti bau, rasa dan warna.

Adalah Dr. David Byrne, pembudidaya tanaman AgriLife research dan rekannya dan Dr Luis Cisneros-Zevallos, yang melakukan studi tersebut. Awalnya, kedua ilmuwan mempelajari antioksidan dan fitonutrien dalam plum, dan mendapati plum dan persik tersebut cocok malah melebihi blueberry yang dianggap mengungguli buah-buahan lain dalam kategori tersebut.

Cisneros-Zevallos mengaku pihaknya sengaja memilih kanker payudara sebagai sasaran karena ia merupakan salah satu kanker dengan insiden tertinggi di antara perempuan. "Jadi ini sangat-sangat menarik dari sudut pandang sebagai sebuah alternatif bagi kemoterapi yang tipikal membunuh sel-sel normal bersama dengan kanker," ujar Byrne.

Upaya mendokumentasikan manfaat kesehatan dari buah batu didukung oleh Vegetable and Fruit Improvement Center at Texas A&M University, U.S. Department of Agriculture dan California Tree Fruit Agreement. Dan Cisneros-Zevallos mengaku pihaknya akan terus menguji ekstrak dan senyawa di berbagai jenis kanker dan melakukan penelitian lebih lanjut tentang mekanisme molekuler yang terlibat.

Echidna / Ekidna ( Sipemakan cacing dan semut )

Ada beberapa jenis echidna yang ditandai dengan ciri-ciri panjang moncongnya yaitu echidna monjong pendek, echidna moncong panjang barat, echidna moncong panjang timur dan echidna moncong panjang sir david. Berikut penjelasan dari masing-masing jenis echidna :



 A. Echidna moncong pendek

Echidna moncong pendek
Echidna moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), juga dikenal sebagai spiny anteater (pemakan semut berduri) karena makanannya yaitu semut dan rayap, adalah satu dari empat spesies ekidna yang masih hidup dan satu-satunya anggota dari genus Tachyglossus. Tubuh Echidna moncong pendek tertutup bulu dan duri serta memiliki moncong yang unik dan lidah khusus sehingga bisa menangkap mangsa dengan cepat. Seperti monotremata lainnya yang masih hidup, Ekidna moncong pendek bertelur; monotremata adalah satu-satunya kelompok mammalia yang dapat melakukannya.

Spesies ini ditemukan di setiap bagian Australia, di mana ia merupakan hewan asli yang paling tersebar, dan di daerah pantai serta wilayah dataran tinggi barat daya Papua, di mana ia dikenal sebagai Mungwe dalam bahasa Daribi dan Chimbu. Hewan ini tidak terancam kepunahan, tapi aktivitas manusia seperti perburuan, perusakan habitat, dan pengenalan spesies predator asing serta parasit telah mengurangi distribusi Ekidna moncong pendek di Australia.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Upakelas : Prototheria
Ordo : Monotremata
Famili : Tachyglossidae
Genus : Tachyglossus
Spesies: T. aculeatus
Nama binomial : Tachyglossus aculeatus

Taksonomi

Ekidna moncong pendek pertama kali dideskripsikan oleh George Shaw pada tahun 1792. Dia menamai spesies ini Myrmecophaga aculeata, sebab ia mengira spesies ini mempunyai relasi dengan pemakan semut Amerika Selatan. Sejak Shaw pertama kali mendeskripsikan spesies ini, namanya telah mengalami empat revisi dari M. aculeata hingga Ornithorhynchus hystrix, Echidna hystrix, Echidna aculeata dan akhirnya Tachyglossus aculeatus. Nama Tachyglossus berarti lidah cepat, nama ini didasarkan atas kecepatan Ekidna dalam menggunakan lidahnya untuk menangkap semut dan rayap. Sedangkan aculeatus berarti berduri atau dilengkapi dengan duri.

Ekidna moncong pendek adalah satu-satunya anggota dari genusnya, bersama dengan genus Zaglossus berada dalam satu famili yang sama Tachyglossidae. Genus Zaglossus yang terdapat di Papua terdiri atas Ekidna moncong panjang barat, Ekidna moncong panjang Sir David dan Ekidna moncong panjang timur, yang kesemuanya lebih besar dari T. aculeatus. Makanan mereka juga terdiri atas cacing tanah dan larva, tidak sama dengan T. aculeatus yang memakan semut dan rayap. Spesies dari Tachyglossidae adalah mammalia bertelur, bersama dengan famili Ornithorhynchidae, mereka adalah satu-satunya monotremata yang masih hidup di dunia.

Ada empat 5 subspesies dari Ekidna moncong pendek, setiap subspesies ditemui di lokasi geografi yang berbeda. Subspesies itu juga bervariasi satu dengan yang lainnya seperti ketebalan rambutnya, panjang dan lebar duri, dan ukuran kuku pada kaki belakang.

* T. a. multiaculeatus ditemukan di Pulau Kanguru;
* T. a. setosus ditemukan di Tasmania dan beberapa pulau di Selat Bass;
* T. a. acanthion ditemukan di Teritorial Utara Australia dan Australia Barat;
* T. a. aculeatus ditemukan di Queensland, New South Wales, Australia Selatan dan Victoria;
* T. a. lawesii ditemukan di wilayah pantai dan dataran tinggi New Guinea, dan kemungkinan di hutan hujan tropis di Queensland bagian utara.

B. Ekidna moncong panjang

Ekidna moncong panjang adalah salah satu dari dua genera (genus Zaglossus) ekidna, monotremata berduri yang tinggal di Pulau Irian. Ada tiga spesies yang masih hidup dan dua spesies sudah punah.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Monotremata
Famili: Tachyglossidae
Genus: Zaglossus
Tipe spesies : Tachyglossus bruijni
Spesies :
  • Zaglossus attenboroughi
  • Zaglossus bartoni
  • Zaglossus bruijni
  • Zaglossus hacketti (punah)
  • Zaglossus robustus (punah)

Zaglossus attenboroughi
* Habitat: wilayah Papua pada elevasi yang lebih tinggi daripada hutan dataran tinggi.
* Era: sekarang
* Status: terancam punah


Zaglossus bartoni
* Habitat: wilayah pegunungan tinggi (cordillera) di antara Danau Paniai dan Pegunungan Nanneau, juga Huon Peninsula.
* Era: sekarang
* Status: terancam punah
Zaglossus bruijni
* Habitat: hutan tanah tinggi di Papua
* Era: sekarang
* Status: terancam punah

Zaglossus hacketti
* Habitat: Australia Barat
* Era: Upper Pleistocene
* Status: fosil
* Catatan: Spesies ini hanya dikenal melalui beberapa tulang. Untuk ukuran echidna, spesies ini sungguh besar tapi umum untuk ukuran monotremata.

Zaglossus robustus
* Habitat: Tasmania
* Era: Pleistocene
* Status: fosil.
* Catatan: Spesies ini hanya dikenal melalui sebuah fosil tengkorak sepanjang 65 cm.


C. Ekidna moncong panjang barat
Echidna moncong panjang Barat
Ekidna moncong panjang barat (Zaglossus bruijni) adalah satu dari empat ekidna yang masih hidup dan satu dari tiga spesies Zaglossus yang terdapat di Papua. Fosil dari spesies ini juga ditemukan di Australia.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Monotremata
Famili: Tachyglossidae
Genus: Zaglossus
Spesies: Z. bruijni
Nama binomial : Zaglossus bruijni

Ekidna moncong panjang barat sekarang ini terdapat di Papaua, pada wilayah dengan ketinggian di atas 1300 meter sampai dengan 4000 meter, dan tidak terdapat di dataran rendah bagian selatan dan pantai utara. Habitatnya adalah padang rumput alpin dan hutan yang lembab. Tidak seperti Ekidna moncong pendek yang memakan semut dan rayap, spesies moncong panjang memakan cacing tanah. Ekidna moncong panjang juga berukuran lebih besar daripada Ekidna moncong pendek. Beratnya mencapai 16,5 kilogram, moncongnya lebih panjang dan bengkok ke bawah. Durinya hampir tidak bisa dibedakan dari bulunya yang panjang. Ekidna moncong panjang barat dibedakan dari spesies Zaglossus lainnya dengan jumlah kukunya pada kaki depan dan belakang, ia memiliki tiga (sangat langka empat) kuku.

Spesies ini masuk daftar spesies terancam punah oleh IUCN, jumlah spesies ini telah berkurang karena habitatnya telah berkurang akibat aktivitas manusia dan perburuan. Ekidna moncong panjang enak dimakan, dan walaupun perburuan spesies ini telah dilarang oleh pemerintah Indonesia dan Papua Nugini, perburuan tradisional masih diperbolehkan.

Platipus dan ekidna adalah satu-satunya spesies mammalia yang diketahui bertelur.

D. Ekidna moncong panjang timur 
Echidna moncong panjang Timur

Ekidna mocong panjang timur (Zaglossus bartoni), juga dikenal sebagai Ekidna moncong panjang Barton, adalah satu dari tiga spesies dari genus Zaglossus yang terdapat di Papua. Spesies ini ditemukan terutama di Papua Nugini pada ketinggian antara 2000 dan 3000 meter.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Monotremata
Famili: Tachyglossidae
Genus: Zaglossus
Spesies: Z. bartoni
Nama binomial : Zaglossus bartoni

Spesies ini dapat dibedakan dari anggota genus Zaglossus lainnya dari jumlah kuku di kaki depan dan belakang. Ekidna moncong panjang timur memiliki lima kuku pada kaki depannya dan empat pada kaki belakangnya. Spesies ini memiliki bulu yang pendek dan tebal. Ada empat subspesies yang dikenali:

* Z. bartoni bartoni
* Z. bartoni clunius
* Z. bartoni smeenki
* Z. bartoni diamondi

Populasi dari setiap subspesies secara geografi terisolasi dan dapat dibedakan satu dengan lainnya dari besar tubuhnya.

E. Ekidna moncong panjang Sir David

Ekidna moncong panjang Sir David (Zaglossus attenboroughi), juga dikenal sebagai Ekidna moncong panjang Cyclops, adalah satu dari tiga spesies genus Zaglossus yang terdapat di Papua. Namanya diambil sebagai rasa hormat terhadap Sir David Attenborough. Spesies ini tinggal di pegunungan Cyclops di Papua.

Ia adalah anggota terkecil dari genusnya, ukurannya lebih mendekati Ekidna moncong pendek daripada anggota genusnya. Ia memiliki lima kuku pada kaki depan dan belakangnya. Ia juga memiliki bulu pendek yang lebat.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Monotremata
Famili: Tachyglossidae
Genus: Zaglossus
Spesies: Z. attenboroughi
Nama binomial : Zaglossus attenboroughi

Platypus ( Binatang yang bertelur yang menyusui anaknya )

Platypus
Platipus adalah hewan semi-akuatik yang banyak ditemui di bagian timur benua Australia. Walaupun Platipus bertelur tapi ia tergolong ke dalam kelas Mammalia karena ia menyusui anaknya. Platipus juga sering dikenal dengan nama duck-billed Platypus atau Platypus berparuh bebek disebabkan bentuk paruhnya yang menyerupai bebek.


Platipus termasuk binatang yang aneh dari kerajaan Animalia. Binatang ini Mammalia tapi bertelur (mayoritas Mammalia beranak seperti anjing, kucing, beruang, dan sebagainya). Platipus memiliki paruh yang seperti bebek dan kaki berselaput. Seperti halnya kangguru dan koala, platipus menjadi simbol fauna Australia dan dapat ditemui di koin 20 sen Australia.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Monotremata
Famili: Ornithorhynchidae
Genus: Ornithorhynchus
Spesies: O. anatinus
Nama binomial : Ornithorhynchus anatinus


Fisiologi

Temperatur tubuh platipus kira-kira 32oC. Temperatur ini lebih rendah dari kebanyakan Mammalia (sekitar 38oC). Tubuh platipus ditutupi bulu berwarna coklat yang menjaga agar tubuhnya tetap hangat. Kaki platipus berselaput seperti bebek. Platipus juga memiliki paruh seperti bebek. Paruh ini digunakan sebagai organ sensor.
Platypus menyelam dalam air
Platypus menyelam dalam air









Berat platipus berkisar antara di bawah 1 kg sampai dengan lebih dari 2 kg. Panjang tubuhnya sekitar 30-40 cm dan panjang ekornya sekitar 10-15 cm (jantan) dan 8-13 cm (betina). Platipus jantan lebih besar hingga 3x betinanya.

Platipus juga adalah hewan berbisa. Bisa ini digunakan dalam pertarungan perebutan wilayah atau pertempuran antar teman.

Ekologi dan tabiat

Platipus adalah hewan malam dan semi-akuatik. Platipus adalah perenang yang baik dan menghabiskan banyak waktunya di dalam air untuk mencari makanan. Ketika berenang, platipus menutup matanya rapat-rapat dan menyerahkan sisanya kepada indra lainnya. Keempat kaki platipus berselaput. Ketika ia berenang, ia mengayuh dengan menggunakan kedua kaki depannya. Dan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya digunakan ekornya dan kedua kaki belakangnya. Platipus memakan cacing, larva serangga, dan yabbie yang digalinya atau ia tangkap pada saat berenang.

Platypus berenang
Platypus berenang









Reproduksi

Platipus menelurkan telur yang mirip dengan telur reptil, dan sedikit lebih bundar daripada telur burung. Platipus betina biasanya menelurkan dua telur pada saat yang bersamaan. Walaupun kadang-kadang memungkinkan platipus betina menelurkan satu atau tiga telur. Periode inkubasi-nya terbagi menjadi tiga bagian.
  • Tahap pertama : embrio tidak memiliki satupun organ fungsional dan bergantung pada kantung merah telur untuk bernafas.
  • Tahap kedua : jari-jari kaki mulai muncul.
  • Tahap ketiga : gigi muncul.

Telur menetas seusai periode inkubasi yang berlangsung sekitar 10 hari. Setelah telur menetas, keluarlah bayi platipus tidak berambut yang langsung melekat pada induknya. Sang induk kemudian akan menyusui anaknya yang buta dan peka. Bayi platipus akan meninggalkan sarangnya setelah berusia 17 minggu (kurang lebih 4 bulan lewat).

Organ reproduksi platipus mirip dengan burung (aves). Platipus betina memiliki sebuah ovarium yang terdiri dari ovarium kanan dan ovarium kiri dimana ovarium kanan tidak tumbuh sempurna (sama dengan burung).

Buah Nam nam ( Kopi Anjing )

Buah Nam nam
Namnam atau anjing-anjing atau Sawo Pancukan adalah nama sejenis pohon buah dari suku polong-polongan (Leguminosae alias Fabaceae). Pohon berbuah masam ini dikenal pula dengan beberapa nama lain seperti namu-namu (Man.), namo-namo (Ternate), namet (Hal.), namute, lamute, lamuta, klamute (beberapa bahasa di Maluku tengah). Juga puki anjing (Mal.), pukih (Sd.), kopi anjing (Sd., Jw.), puci anggi (Bima), puti anjeng (Mak).


Nama ilmiahnya adalah Cynometra cauliflora, merujuk pada bunga dan buahnya yang muncul di batang (cauliflory).

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Upafamili: Caesalpinioideae
Bangsa: Detarieae
Genus: Cynometra L.
Spesies: C. cauliflora

Pemerian botanis

Perdu atau pohon kecil, tinggi antara 3-15 m. Batang berbonggol-bonggol, dengan kulit batang yang halus berbintil, kecoklatan atau abu-abu. Bertajuk agak rapat, dengan ranting yang berkelak-kelok zigzag.

Daun majemuk dengan sepasang anak daun, bertangkai 2-8 mm. Anak daun lonjong sampai bundar telur miring tidak simetris, 5,5-16,5 x 1,5-5,5 cm, hampir tak bertangkai, seperti jangat, menggantung, hijau tua berkilap. Daun muda berwarna putih atau merah jambu terang, menggantung lemas serupa saputangan.

Karangan bunga berupa tandan kecil dengan deretan daun pelindung, 4-5 tandan berjejal pada tonjolan-tonjolan yang muncul di batang, hingga dekat ke tanah. Bunga kecil-kecil; kelopaknya berwarna merah jambu pucat atau putih, berbagi dalam menjadi 4, panjang taju kelopak 2-4 mm; mahkota bentuk lanset, putih, 5 helai, panjang 3-4 mm. Benang sari lepas-lepas, 8-10 helai; tangkai putik lk. 5-6 mm.

Buah polong berdaging tebal, berbentuk ginjal keriput berujung meruncing, 3-9 x 2-6 x 1-4 cm, bergantungan di batang, coklat bersisik ketika muda dan kehijauan atau kekuningan apabila masak, masam sampai masam manis. Berbiji sebutir, berbentuk ginjal pipih, 3-6 x 2-4 cm.

Kegunaan

Pohon namnam ditanam orang sebagai tanaman penghias halaman atau untuk diambil buahnya. Buah yang masak berasa asam manis segar, dimakan langsung atau sebagai bahan rujak, asinan, dan manisan. Dapat pula dijadikan campuran sambal.

Kayunya padat dan berwarna pucat, akan tetapi tak banyak gunanya. Kayu yang keras pada bagian tertentu ini kerap dibuat menjadi gasing.

Asal-usul dan penyebaran

Asal-usulnya tak begitu jelas, namun diperkirakan dari wilayah Malesia timur. Namnam diketahui dipelihara orang di India, Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara.

Buah Kepel ( Burahol )

Buah Kepel ( Burahol )
Tumbuhan kepel atau burahol (Stelechocarpus burahol) adalah pohon penghasil buah hidangan meja yang menjadi flora identitas Daerah Istimewa Yogyakarta. Buah kepel digemari puteri-puteri keraton di Jawa karena dipercaya menyebabkan keringat beraroma wangi dan membuat air seni tidak berbau tajam.






Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae
Filum: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Annonaceae
Genus: Stelechocarpus
Spesies : Stelechocarpus burahol

Karakteristik

Pohon tegak, tidak merontokkan daun secara serentak, tingginya mencapai 25 m. Tajuknya teratur berbentuk kubah meruncing ke atas (seperti cemara) dengan percabangan mendatar atau agak mendatar. Diameter batang utamanya mencapai 40cm, berwarna coklat-kelabu tua sampai hitam, yang secara khas tertutup oleh banyak benjolan yang besar-besar. Daunnya berbentuk lonjong-jorong sampai bundar-telur/bentuk lanset, berukuran (12-27)cm × (5-9)cm, berwarna hijau gelap, tidak berbulu, merontal tipis; tangkai daunnya mencapai 1,5 cm panjangnya. Bunganya berkelamin tunggal, mula-mula berwarna hijau kemudian berubah menjadi keputih-putihan, muncul pada tonjolan-tonjolan di batang; bunga jantannya terletak di batang sebelah atas dan di cabang-cabang yang lebih tua, berkumpul sebanyak 8-16 kuntum, diameternya mencapai 1 cm; bunga betinanya hanya berada di pangkal batang, diameternya mencapai 3 cm. Buahnya dengan 1-13 lembar daun buah bertipe mirip buah buni (berrylike ripe carpels), panjang tangkai buahnya mencapai 8 cm; daun buah yang matang hampir bulat bentuknya, berwarna kecoklat-coklatan, diameternya 5-6 cm, perikarpnya berwarna coklat, berisi sari buah, dapat dimakan. Bijinya berbentuk menjorong, berjumlah 4-6 butir, panjangnya sekitar 3 cm, berat segar 62-105 g, serta bagiann yang dapat dimakan sebanyak 49% dan bijinya 27% dari berat buah segar.

Manfaat

Buahnya yang matang dimakan dalam keadaan segar. Disebutkan bahwa dagingnya yang berwarna jingga dan mengandung sari buah itu memberikan aroma seperti bunga mawar bercampur buah sawo pada ekskresi tubuh (seperti air seni, keringat, dan napas). Dalam pengobatan, daging buahnya berfungsi sebagai peluruh kencing, mencegah radang ginjal dan menyebabkan kemandulan (sementara) pada wanita. Jadi, kepel ini oleh para wanita bangsawan digunakan sebagai parfum dan alat KB; di Jawa, penggunaannya secara tradisional terbatas di Kesultanan Yogyakarta. Kayunya cocok untuk perkakas rumah tangga; batangnya yang lurus setelah direndam beberapa bulan dalam air, digunakan untuk bahan bangunan rumah dan diberitakan tahan lebih dari 50 tahun. Kepel merupakan tanaman hias pohon yang indah, daunnya yang muncul secara serentak berubah dari merah muda pucat menjadi merah keunguan sebelum berubah lagi menjadi hijau cemerlang. Perawakan pohonnya berbentuk silindris atau piramid dengan banyak cabang lateral yang tersusun secara sistematik, dan sifatnya yang kauliflor (cauliflory) menambah keindahannya.

Syarat Tumbuh

Kepel tumbuh liar pada tanah lembab dan dalam, di hutan-hutan sekunder di Jawa. Dibudidayakan sebagai pohon buah pada ketinggian mencapai 600 m dpl., dan mau berbuah di Queensland. Jenis ini dapat tumbuh baik di sela-sela rumpun bambu, yang di tempat itu pohon-pohon lain tidak mampu bersaing.

Budidaya

Kepel umumnya diperbanyak dari biji yang diambil dari buah matang dan disemaikan secepatnya. Penyetekan dan pencangkokan sudah pernah dicoba, tetapi tidak berhasil. Benihnya dibersihkan dengan jalan dicuci dan dikeringkan di tempat teduh. Sebelum disemai benih diskarifikasi, tetapi perkecambahannya masih memerlukan waktu beberapa bulan. Lambat-laun persentase perkecambahannya tinggi juga. Perkecambahannya hipogeal, akar tunggangnya membengkak dan tidak bercabang untuk beberapa waktu. Mula-mula semai itu tumbuh lambat. Pada saat semai berdaun 3-5 helai, dipindahtanamkan ke dalam pot. Ketika tingginya mencapai 0,5-1,0 m bibit dipindahtanamkan ke lapangan dengan jarak tanam 6-8 meter. Fase yuwananya (vegetative phase, juvenile phase) berlangsung selama 6-9 tahun.

Trenggiling

Trenggiling
Trenggiling biasa (Manis javanica syn. Paramanis javanica) adalah wakil dari ordo Pholidota yang masih ditemukan di Asia Tenggara.  Hewan ini memakan serangga dan terutama semut dan rayap. Trenggiling hidup di hutan hujan tropis dataran rendah. Trenggiling kadang juga dikenal sebagai anteater.


Bentuk tubuhnya memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya untuk mencari semut di sarangnya. Rambutnya termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu, trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Ia dapat pula mengebatkan ekornya, sehingga "sisik"nya dapat melukai kulit pengganggunya.

Trenggiling terancam keberadaannya akibat habitatnya terganggu serta menjadi obyek perdagangan hewan liar.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Pholidota
Famili: Manidae
Genus: Manis
Spesies: M. javanica

Gajah Sumatera

Gajah Sumatera
Gajah Sumatera adalah subspesies dari gajah Asia yang hanya berhabitat di pulau Sumatera. Gajah Sumatera berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah India. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. Sekitar 2000 – 2700 ekor gajah Sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan survei tahun 2000. Sebanyak 65% populasi gajah Sumatera lenyap akibat dibunuh manusia dan 30% kemungkinan diracuni manusia. Sekitar 83% habitat gajah Sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif untuk perkebunan.


Gajah sumatra adalah mamalia terbesar di Indonesia, beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 m pada bahu. Periode kehamilan untuk bayi gajah adalah 22 bulan dengan umur rata-rata sampai 70 tahun. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh seperti darah panas dingin ketika mengalir di bawah permukaan telinga. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air, dan memiliki tambahan dpt memegang (menggenggam) di ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Proboscidea
Famili: Elephantidae
Genus: Elephas
Spesies: E. maximus
Upaspesies: E. m. sumatranus

Burung Merak

Burung Merak
Merak adalah tiga spesies burung dalam genus Pavo dan Afropavo dari familia ayam hutan (pheasant), Phasianidae. Burung jantannya memiliki bulu ekor yang indah yang dapat dikembangkan untuk menarik perhatian merak betina.





Ketiga spesies tersebut adalah:

* Merak India, Pavo cristatus
* Merak Hijau, Pavo muticus
* Merak Kongo, Afropavo congensis


Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Galliformes
Famili: Phasianidae
Genus: Pavo, Afropavo
spesies : - P. cristatus
          - P. muticus
          - Afropavo congensis

a. Merak Biru ( Pavo cristatus )

Merak Biru

Merak Biru atau Merak India, yang dalam nama ilmiahnya Pavo cristatus adalah salah satu burung dari tiga spesies burung merak. Merak Biru mempunyai bulu berwarna biru gelap mengilap. Burung jantan dewasa berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 230cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang berwarna hijau metalik. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak biru membentuk kipas. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya tidak mengilap, berwarna coklat kehijauan dengan garis-garis hitam dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Burung muda seperti betina.

Populasi Merak Biru tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di India, Pakistan, Sri Lanka, Nepal dan Bhutan. Sebelumnya spesies ini ditemukan juga di Bangladesh, namun sekarang kemungkinan besar telah punah di sana.

Merak jantan adalah poligami spesies, mempunyai pasangan lebih dari satu. Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina. Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata berwarna biru. Burung betina biasanya menetaskan tiga sampai enam butir telur.

Pakan burung Merak Biru terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti cacing, laba-laba dan kadal kecil.

Merak Biru adalah burung nasional negara India. Spesies ini juga memegang peranan penting dalam mitologi Buddha, Hindu dan kebudayaan-kebudayaan lainnya.

Burung Merak Biru dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam IUCN Red List.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Galliformes
Famili: Phasianidae
Genus: Pavo
Spesies: P. cristatus

b. Merak Hijau ( Pavo muticus )

Merak Hijau

Merak Hijau atau kerap disebut Merak Jawa, nama ilmiahnya Pavo muticus adalah salah satu burung dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, Merak Hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor.

Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di Republik Rakyat Cina, Indocina dan Jawa, Indonesia. Sebelumnya Merak Hijau ditemukan juga di India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah punah di sana. Walaupun berukuran sangat besar, Merak Hijau adalah burung yang pandai terbang.

Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina. Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung betina menetaskan tiga sampai enam telur.

Pakan burung Merak Hijau terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing dan kadal kecil.

Namun karena banyaknya habitat hutan yang hilang dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terpencar, Merak Hijau dievaluasikan sebagai rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Galliformes
Famili: Phasianidae
Genus: Pavo
Spesies: P. muticus


c. Merak Kongo ( Afropavo congensis )


Merak Kongo atau dalam nama ilmiahnya Afropavo congensis adalah salah satu burung dari tiga spesies merak. Spesies ini merupakan satu-satunya burung di marga Afropavo dan merak yang terdapat di Afrika. Penampilannya menyerupai burung merak Pavo dari Asia yang masih muda. Burung jantan dewasa berukuran besar, dengan panjang mencapai 70 cm, dan memiliki bulu berwarna biru gelap dihiasi warna hijau dan ungu mengilap. Kulit lehernya berwarna merah dan diatas kepalanya terdapat jambul tegak berwarna putih. Burung betina berwarna coklat, dengan bulu-bulu sayap dan di belakang tubuhnya berwarna hijau mengilap. Di kepalanya terdapat jambul berwarna coklat.

Burung ini endemik di Republik Demokratik Kongo, populasi M\merak Kongo hanya ditemukan di hutan dataran rendah di negara Afrika ini. Pakan burung merak Kongo terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil.

Merak Kongo pertama ditemukan sebagai spesies baru ke dunia pengetahuan pada tahun 1936 oleh Dr. James Chapin, berdasarkan dari dua ekor spesimen di Museum Kongo di Belgia.

Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas mengancam populasi burung merak Kongo. Spesies ini dievaluasikan sebagai rentan di dalam IUCN Red List.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Galliformes
Famili: Phasianidae
Genus: Afropavo
Spesies: A. congensis

Harimau Sumatera

Harimau Sumatera
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) hanya ditemukan di Pulau Sumatra di Indonesia, merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa

Burung Beo Nias ( Burung yang dilindungi )

Burung Beo Nias
Beo nias merupakan salah satu subspesies (anak jenis) burung beo yang hanya terdapat (endemik) di pulau Nias, Sumatera Utara. Beo nias yang mempunyai ukuran paling besar dibandingkan subspesies beo lainnya paling populer dan banyak diminati oleh para penggemar burung beo lantaran kepandaiannya dalam menirukan berbagai macam suara termasuk ucapan manusia. Sayang, beo nias yang endemik Sumatera Utara ini semakin hari semakin langka.





Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Sturnidae
Genus : Gracula
Spesies : G. religiosa.
Subspesies : Gracula religiosa robusta.
Nama Latin  : Gracula religiosa robusta.
Nama Indonesia : Beo Nias

Beo Nias ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Sumatera Utara. Burung populasinya lebih banyak terdapat di dalam sangkar ketimbang di alam bebas padahal burung endemik yang langka ini termasuk satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931, Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970, Undang-undang No. 5 Tahun 1990, dan Peraturan pemerintah No. 7 Tahun 1999.

Subspesies beo yang mempunyai nama latin Gracula religiosa robusta ini sering disebut juga sebagai Ciong atau Tiong. Dalam bahasa Inggris, burung endemik ini biasa disebut Common Hill Myna.

Ciri dan Tingkah Laku Beo Nias. Beo nias (Gracula religiosa robusta) termasuk burung berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 40 cm. Ukuran beo nias lebih besar dari pada jenis beo lainnya.

Bagian kepala burung beo nias berbulu pendek. Sepanjang cuping telinga beo nias menyatu di belakang kepala yang bentuknya menggelambir ke arah leher. Gelambir cuping telinga ini berwarna kuning mencolok.

Di bagian kepala beo nias juga terdapat sepasang pial yang berwarna kuning dan terdapat di sisi kepala. Iris mata burung endemik ini berwarna coklat gelap. Paruhnya runcing berwarna kuning agak oranye. Hampir seluruh badan beo nias tertutup bulu yang berwarna hitam pekat, kecuali pada bagian sayap yang berbulu putih. Kaki burung endemik nias ini berwarna kuning dengan jari-jari berjumlah empat. Tiga jari di antaranya menghadap ke depan, sedangkan sisanya menghadap ke belakang.
Beo nias (Gracula religiosa robusta) hidup secara berpasangan atau berkelompok. Burung pengicau endemik pulau Nias ini biasa bersarang dengan membuat lubang pada batang pohon yang tinggi dan tegak. Burung beo nias adalah pemakan buah-buahan dan sesekali memakan serangga.

Ciri yang membedakan burung beo nias dengan jenis beo lainnya adalah ukuran tubuhnya yang lebih besar serta sepasang gelambir cuping telinga berwarna kuning pada Beo Nias yang menyatu sedangkan beo biasa terpisah.

Habitat dan Persebaran. Burung beo nias (Gracula religiosa robusta) merupakan satwa endemik Sumatera Utara yang hanya bisa dijumpai di Pulau Nias dan sekitarnya seperti Pulau Babi, Pulau Tuangku, Pulau Simo dan Pulau Bangkaru.

Burung beo nias (Gracula religiosa robusta) endemik Sumatera Utara
Burung beo nias menyukai hutan yang dekat perkampungan atau tempat terbuka pada daerah dataran rendah hingga ketinggian 1000 meter dpl. sebagai habitatnya.
Populasi dan Konservasi. Populasi burung endemik yang menjadi fauna identitas Sumatera Utara ini hingga sekarang tidak diketahu dengan pasti. Namun yang pasti semakin hari burung pengicau ini semakin sulit ditemukan di alam liar. Bahkan IPB bersama Kementerian Kehutanan yang pernah melakukan penelitian dari 1996-1997 hanya bisa menemukan 7 ekor burung beo nias saja.

Secara umum spesies beo didaftar sebagai Least Concern dalam IUCN Redlist dan dimasukkan dalam CITES Apendiks II, namun populasi beo nias yang trerdapat di alam liar semakin langka.

Di Indonesia, beo nias menjadi salah satu satwa yang dilindungi bahkan oleh pemerintah kolonial Belanda sekalipun. Berbagai peraturan perundangan yang menyertakan beo nias dalam daftar satwa yang dilindungi dari kepunahan antara lain Peraturan Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931, Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970, Undang-undang No. 5 Tahun 1990, dan Peraturan pemerintah No. 7 Tahun 1999.

Beo Nias termasuk burung cerdas dapat menirukan kata-kata manusia misalnya Assalamu'alaikum, pancasila, panggil-panggil yang punya bila ada tamu dll. Sang Peniru yang ulung ini  supaya mendapat perhatian dari kita semua agar bisa bertahan di alam liar dan tidak punah.

Burung Maleo ( Burung Langka Yang Dilindungi )

Burung Maleo ( Sulawesi )
Burung Maleo adalah sejenis burung yang berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm. Burung Maleo adalah satwa endemik Sulawesi, artinya hanya bisa ditemukan hidup dan berkembang di Pulau Sulawesi, Indonesia. Burung Maleo yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo (Macrocephalon berarti kepala besar) termasuk dalam keluarga Megapode, artinya burung dengan kaki besar, namun yang unik, kaki Maleo justru paling kecil dalam keluarga Megapode. Dalam keluarga ini terdapat 22 jenis termasuk Burung Gosong atau Moyo yang banyak terdapat di Phillipina dan Maleo Maluku yang cuma ada di Maluku, tetapi hanya burung Maleo dan dua jenis lain dari 22 jenis dalam keluarga ini yang bertelur di dalam tanah. Burung Maleo (Macrocephalon maleo) memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Jantan dan betina serupa. Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan. Pakan burung ini terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.

Jumlah burung maleo sekarang ini diperkirakan kurang dari 10 ribu ekor. Untungnya Dinas Kehutanan Melalui Balai Taman Nasional Lore Lindu berhasil membuat penangkarannya di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, bekerja sama dengan masyarakat setempat. Paling tidak usaha ini mampu sedikit meminimalisir bahaya kepunahan yang mengancam burung anti poligami ini. Wilayah Taman Nasional Lore Lindu, selain di kabupaten Donggala, juga meliputi 6 kecamatan di Kabupaten Poso. Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 464/Kpts-II/1999 tanggal 23 Juni 1999, Taman Nasional Lore Lindu dikukuhkan dengan luas kawasan 217.991,18 ha, luas inilah yang menjadi dasar pengelolaan Taman Nasional Lore Lindu saat ini. Di wilayah Taman Nasional Lore Lindu ini, populasi maleo ditaksir tinggal 320 ekor

Karena populasi maleo yang kian sedikit, burung unik dan langka ini dilindungi dari kepunahan. Maleo dikategorikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I. Akhirnya, satwa ini dinyatakan sebagai satwa yang dilindungi karena para pemburu liar sering sekali mengambil telur-telur Maleo seenaknya. Pemerintah membuat pantai khusus untuk konservasi atau penyelamatan maleo seluas 14 hektar yang terletak di Tanjung Binerean, Sulawesi Utara, dan termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone di semenanjung minahasa.

Banyak keunikan dari burung maleo ini mulai dari tubuh, habitat hingga tingkah lakunya, sehingga sangat layaklah untuk mendapat perlindungan dari pemerintah. Makanya tidak mengherankan jika sejak tahun 1990 berdasarkan SK. No. Kep. 188.44/1067/RO/BKLH tanggal 24 Pebruari 1990, Burung Maleo ditetapkan sebagai “Satwa Maskot” provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu, Burung Maleo juga tercatat dalam LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TANGGAL 27 JANUARI 1999 sebagai jenis satwa burung yang dilindungi.

OPIUM DAN NARKOTIKA

Ladang Opium
Opium untuk narkotika diperoleh dengan cara menyayat buahnya hingga mengeluarkan getah putih yang lengket. Setelah kering, getah tersebut akan berubah warna menjadi kecoklatan. Kandungan getah tersebut berisi campuran narkotika alami alkaloid, termasuk morfin dan kodein. Morfin adalah acetylated untuk menghasilkan diacetylmorphine (atau lebih dikenal sebagai heroin).



Opium adalah jenis narkotika yang paling berbahaya. Dikonsumsi dengan cara ditelan langsung atau diminum bersama teh, kopi atau dihisap bersama rokok atau syisya (rokok ala Timur Tengah).

Bunga Opium dan Buah yg bergetah





Pada mulanya, pengonsumsi opium akan merasa segar bugar dan mampu berimajinasi dan berbicara, namun hal ini tidak bertahan lama. Tak lama kemudian kondisi kejiwaannya akan mengalami gangguan dan berakhir dengan tidur pulas bahkan koma.













Jika seseorang ketagihan, maka opium akan menjadi bagian yg melekat di hidupnya. Tubuhnya tidak akan mampu lagi menjalankan fungsi-fungsinya tanpa mengonsumsi opium dalam dosis yang biasanya. Dia akan merasakan sakit yang luar biasa jika tidak bisa memperolehnya. Kesehatannya akan menurun drastis. Otot-otot si pecandu akan layu, ingatannya melemah dan nafsu makannya menurun. Kedua matanya mengalami sianosis dan berat badannya akan terus menyusut.

Opium, Bunga Cantik yang Mematikan

Bunga Cantik Mematikan
Nama ilmiah  : Papaver somniferum
Panggilan umum  : Opium/ Poppy
Dalam Bahasa Indonesia : Apiun
Warna bunga   : Pink, ungu, merah, putih
Jenis tanaman   : Obat2an, musiman
Tinggi : Beberapa diantaranya dapat tumbuh antara 13-91 cm
Catatan  : Beracun.


Papaver somniferum ( Apiun ) adalah tumbuhan liar musiman yang umumnya dikenal dengan nama 'Opium' atau 'Poppy'. Dalam produksinya dan dalam menopang perdagangan Apiun secara legal (dibawah lindungan hukum), banyak dibangun ladang Apiun (namun masih dengan lokasi yang dirahasiakan).

 








 








Saat bunga2 yg hanya berumur beberapa hari itu sudah menjadi buah yang masak, penuai akan mulai menuainya dengan cara memotong tangkai buah tersebut.
















Di dalam buah yang kaya kandungan alkaloid tersebut, terdapat butiran-butiran benih kering sebesar kapsul. Benih inilah yang kemudian mulai dipasarkan di dunia kuliner.
beberapa masakan yang mempergunakan benih Opium

Poppy Cupcake

Fruit Salad with Poppy Seed Dressing


Benih dari buah Apiun yang masak sering dipergunakan dalam membuat 'snack bagels'. Walaupun 'bagels' tidak menimbulkan efek narkotika, namun setelah dikonsumsi tetap dapat memicu reaksi positif pada tes urine untuk narkoba.

Alat pengetes narkoba (Drug test)

Narkoba

Jenis-jenis Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.


Semua istilah ini, baik "narkoba" atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.

Jenis

    * Heroin atau diamorfin (INN) adalah sejenis opioid alkaloid.

Heroin adalah derivatif 3.6-diasetil dari morfin (karena itulah namanya adalah diasetilmorfin) dan disintesiskan darinya melalui asetilasi. Bentuk kristal putihnya umumnya adalah garam hidroklorida, diamorfin hidroklorida. Heroin dapat menyebabkan kecanduan.

    * Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).

Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap Hashish melalui pipa Chilam/Chillum, dan dengan meminum Bhang.

Efek

    * Halusinogen, efek dari narkoba bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata contohnya kokain & LSD
    * Stimulan , efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu , dan cenderung membuat seorang pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara waktu
    * Depresan, efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw
    * Adiktif , Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif , karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf dalam otak,contohnya ganja , heroin , putaw
    * Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan akhirnya kematian


Penyebaran

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.

Jangan coba-coba, kalau sudah tahu banyak korbannya

Opium atau Poppy

Opium atau Poppy
Klasifikasi ilmiah Opium poppy
Kerajaan  :     Plantae Plantae
Divisi        :     Magnoliophyta Magnoliophyta
Kelas       :     Magnoliopsida Magnoliopsida
Ordo        :     Ranunculales Ranunculales
Keluarga  :     Papaveraceae Papaveraceae
Genus      :     Papaver Papaver
Spesies    :     P. somniferum P. somniferum


Nama Binomial
Papaver somniferum L


Opium, apiun, atau candu ( Bahasa Inggris: poppy ) adalah getah bahan baku narkotika yang diperoleh dari buah candu ( Papaver somniferum L. atau P. paeoniflorum ) yang belum matang.

Opium merupakan tanaman semusim yang hanya bisa dibudidayakan di pegunungan kawasan subtropis. Tinggi tanaman hanya sekitar satu meter. Daunnya jorong dengan tepi bergerigi. Bunga opium bertangkai panjang dan keluar dari ujung ranting. Satu tangkai hanya terdiri dari satu bunga dnegan kuntum bermahkota putih, ungu, dengan pangkal putih serta merah cerah. Bunga opium sangat indah hingga beberapa spesies Papaver lazim dijadikan tanaman hias. Buah opium berupa bulatan sebesar bola pingpong bewarna hijau.

Istilah untuk candu yang telah dimasak dan siap untuk dihisap adalah madat. Istilah ini banyak digunakan di kalangan para penggunanya bukan hanya sebagai kata nomina tapi juga kata kerja.

Buah opium yang dilukai dengan pisau sadap akan mengeluarkan getah kental berwarna putih. Setelah kering dan berubah warna menjadi cokelat, getah ini dipungut dan dipasarkan sebagai opium mentah.
Opium mentah ini bisa diproses secara sederhana hingga menjadi candu siap konsumsi. Kalau getah ini diekstrak lagi, akan dihasilkan morfin. Morfin yang diekstrak lebih lanjut akan menghasilkan heroin. Limbah ekstrasi ini kalau diolah lagi akan menjadi narkotik murah seperti "sabu".

Tanaman opium yang berasal dari kawasan pegunungan Eropa Tenggara ini sekarang telah menyebar sampai ke Afganistan dan "segitiga emas" perbatasan Myanmar, Thailand, dan Laos.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ), Afganistan saat ini merupakan penghasil opium terbesar di dunia dengan 87%. Laos juga merupakan salah satu penghasil terbesar.

Di Indonesia, bunga poppy yang tidak menghasilkan narkotik banyak ditanam di kawasan pegunungan seperti Cipanas, Bandungan, Batu, dan Ijen.

Cannabis ( Ganja )

Canabis ( Ganja )
Ganja (Cannabis sativa syn. Cannabis indica) adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetra-hydro-cannabinol) yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana.

Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai 2 meter. Berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda (berumah dua). Bunganya kecil-kecil dalam dompolan di ujung ranting. Ganja hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut.

Ganja menjadi simbol budaya hippies yang pernah populer di Amerika Serikat. Hal ini biasanya dilambangkan dengan daun ganja yang berbentuk khas. Selain itu ganja dan opium juga didengungkan sebagai simbol perlawanan terhadap arus globalisme yang dipaksakan negara kapitalis terhadap negara berkembang. Di India, sebagian Sadhu yang menyembah dewa Shiva menggunakan produk derivatif ganja untuk melakukan ritual penyembahan dengan cara menghisap hashish melalui pipa chilam/chillum, dan dengan meminum bhang.

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:     Plantae
Divisi:     Magnoliophyta
Kelas:     Magnoliopsida
Ordo:     Urticales
Famili:     Cannabaceae
Genus:     Cannabis
Spesies:     C. sativa

Nama binomial
Cannabis sativa

Subspecies
C. sativa L. subsp. sativa
C. sativa L. subsp. indica


Pemanfaatan :
Tumbuhan ganja telah dikenal manusia sejak lama dan digunakan sebagai bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai sumber minyak.
Namun demikian, karena ganja juga dikenal sebagai sumber narkotika dan kegunaan ini lebih bernilai ekonomi, orang lebih banyak menanam untuk hal ini dan di banyak tempat disalahgunakan.
Di sejumlah negara penanaman ganja sepenuhnya dilarang. Di beberapa negara lain, penanaman ganja diperbolehkan untuk kepentingan pemanfaatan seratnya. Syaratnya adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali.
Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman ganja, di Aceh daun ganja menjadi komponen sayur dan umum disajikan.
Bagi penggunanya, daun ganja kering dibakar dan dihisap seperti rokok, dan bisa juga dihisap dengan alat khusus bertabung yang disebut bong.

Budidaya :
Tanaman ini ditemukan hampir disetiap negara tropis. Bahkan beberapa negara beriklim dingin pun sudah mulai membudidayakannya dalam rumah kaca.
Di Indonesia, ganja dibudidayakan secara ilegal di Provinsi Aceh. Biasanya ganja ditanam pada awal musim penghujan, menjelang kemarau sudah bisa dipanen hasilnya.
Hasil panen ganja berupa daun beriut ranting dan bunga serta buahnya berupa biji-biji kecil. Campuran daun, ranting, bunga, dan buah yang telah dikeringkan inilah yang biasa dilinting menjadi rokok mariyuana. Kalau bunga betinanya diekstrak, akan dihasilkan damar pekat yang disebut hasyis.

Kontroversi :
Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang yang berdasarkan bahan kimiawi dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Di antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euforia (rasa gembira) yang berlebihan serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir di antara para pengguna tertentu.

Efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi).

Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreativitas), juga dipengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreativitas adalah hasil silangan modern "Cannabis indica" yang berasal dari India dengan "Cannabis sativa" dari Barat. Jenis ganja silangan inilah yang tumbuh di Indonesia.

Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu. Segolongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan metamfetamin). Ganja, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, di mana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu.